Cinta Terindah

Selasa, Desember 31, 2013

10 komentar
“Maukah kamu bertemu denganku dimalam tahun baru nanti?” Email tanpa subjek itu menarik perhatian. Aku melihat kembali nama si pengirim cuma tiga huruf Rio namun tiga huruf itu sudah cukup membuat jantungku berdetak sepuluh kali lebih cepat.
“Arrgggh.!!” Teriakku frustasi, jari-jariku menari-nari lebih tepatnya mencoret-coret dan memberi tanda silang di atas tulisan yang satu paragraf pun belum selesai. Aku menutup buku catatan dan menaruh pulpen ke dalamnya untuk ku lempar jauh-jauh dari pandanganku.
“Bukk!!” Buku dan pulpen tersebut kemudian jatuh di atas kasur. Sambil berguling-guling aku menghampiri kasur, yah di kamar kost yang sempit dan kecil ini memang hanya ada kasur dan sebuah meja kecil untuk menulis tidak cukup tempat tidur menampung kasur sebagai alas sehingga kasur itu hanya bisa pasrah tergeletak di atas lantai. Aku memijit-mijit kepalaku sambil bergumam “Ayo dong Danish, kamu pasti bisa!”. Aku menyemangati diriku sendiri.
Oia, kenalkan namaku Danisha, orang-orang memanggilku Sha sedangkan orangtuaku memanggilku Cha karena dulu lidahku sulit melafalkan huruf s. Aku sendiri lebih senang dipanggil Danish menurutku lebih keren lebih classy lebih enak didengar di telinga. Saat ini aku berprofesi sebagai penulis cerpen lepas banting setir setelah berkali-kali gagal melamar di berbagai perusahaan sebagai Analis. Terdengar keren bukan? Analis…Tapi bukan Analis keuangan namun sesuatu berbau kimia atau biologi.

Read More

TITIK BALIK (PART 2)

Senin, Desember 30, 2013

Tidak ada komentar
Benar-benar diluar perkiraan, itu yang saya alami. Setelah menghadiri acara Blog Gathering yang diadakan IIDN dan Manulife serta diberi kesempatan untuk bertemu dengan Mba Dinda Nawangwulan seorang survivor breast cancer, saya pun jadi tergerak menuliskan kisah Titik Balik saya diaplikasi yang disediakan oleh Fanpage Manulife. Entah mengapa melihat ketegaran dan keberanian Mba Dinda di acara tersebut membuat saya termotivasi untuk menulis walau ada rasa ragu ketika ingin menuliskan pengalaman saya ke fanpage tersebut. Tapi saya pun menguatkan diri sendiri bahwa apa yang saya tulis semata-mata untuk berbagi pengalaman dengan orang lain dan mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi untuk membuat suatu perubahan yang lebih baik.
2 hari setelah menuliskan pengalaman di fanpage Manulife tiba-tiba ada panggilan tidak dikenal di hp saya. Nomor Jakarta !? Perasaan lagi ga apply buat kerjaan deh, batin saya saat itu. Sedikit ragu-ragu saya menjawab panggilan tersebut. "Halo.. Dengan Mba Yulia?" suara wanita dari seberang telepon menyapa. "Ia, saya sendiri. Ini dengan siapa ya?" "Saya Bintang dari Titik Balik-Manulife ingin mengundang Mba Yulia sebagai tamu untuk talkshow pada tanggal 30 Oktober 2013 di Female radio. Apakah Mba berkenan untuk datang?" 

Read More

Antara Doa Ibu dan Doa Anak

Minggu, Desember 22, 2013

1 komentar
Kalau sedang menyusun tugas akhir rasa-rasanya banyak sekali godaannya, seperti fb-an, chat online, membaca blog orang lain, twitteran, path sampai ngintip-ngintip untuk melihat milis grup. Seperti semalam, tepat pukul 00.10 lewat saya menyempatkan untuk melihat milis grup. Namun intipan kali ini membawa manfaat, kebetulan alumni yang sedang bekerja diluar negeri mempostingkan kembali sebuah cerita yang menyentuh, yaitu perbedaan antara doa seorang ibu dengan doa seorang anak yang diambil dari kompas. Pada cerita tersebut diceritakan seorang anak yang mengalami kecelakaan amat parah hingga para dokter pun angkat tangan. Namun dengan kegigihan dan kasih sayang seorang ibu, ibu itu bertahan dan meyakini kalau anaknya akan sembuh hingga sediakala. Maka tiap malam si ibu terus berdoa mengetuk pintu rahmat dan kasih sayang ALLAH SWT demi kesembuhan putranya. ALLAH SWT pun menunjukkan kebesarannya dengan mengabulkan doa si ibu. Putra ibu tersebut sembuh, sehat seperti sediakala bahkan mempunyai kehidupan normal seperti bekerja dan berumah tangga.
Lalu keadaan berbalik, si ibu sakit amat parah dan dirawat di rumah sakit. Si anak menunjukkan baktinya. Sehari, seminggu hingga sebulan lamanya si anak masih menunggui, merawat dan memperhatikan si ibu. Namun setelah itu intensitas si anak menunggui dan merawat ibunya makin berkurang hingga ia tidak pernah datang sama sekali. Sampai suatu hari ia mendapat kabar dari rumah sakit bahwa ibunya mungkin tidak akan bertahan. Segera dia ke rumah sakit menjenguk sang ibu, melihat keadaan ibunya yang semakin kepayahan dia pun tak tega, kemudian dia berdoa pada ALLAH SWT. Ya Allah, seandainya dia Engkau panggil menghadapMu lebih baik untuk ibu, maka Engkau panggilah ibuku! Aku tidak sanggup melihat penderitaannya. Ya Allah, aku akan merelakan dengan ikhlas dengan kepergiannya. Amin."
Read More
Copyright © Hana No Yuri. Blog Design by SkyandStars.co