Pelatihan CPR dan AED bersama Philips Indonesia, Semua orang bisa selamatkan Nyawa

Senin, Oktober 02, 2017



Apa yang teman - teman lakukan ketika menemukan kejadian yang tak terduga seperti kecelakaan, orang yang pingsan hingga collapse? 

Jujur ya, aku dulu tipe orang yang sebisa mungkin menghindari 3 hal tersebut ketika dalam perjalanan. Alasannya simpel, karena aku ngga tau harus melakukan tindakan apa dan bagaimana tindakan yang seharusnya aku lakukan ketika terjadi 3 hal tersebut.

Selain itu, jika aku melakukan tindakan pun, aku khawatir, apakah tindakan aku benar? Apakah tindakan aku sesuai? Apakah tindakan yang aku berikan tidak membuat aku terkena masalah hukum dikemudian hari? 

Mungkin, kekhawatiran yang aku rasakan, bisa jadi sama dengan kekhawatiran yang teman - teman rasakan. Karena hal itulah, baik aku dan teman - teman, sebisa mungkin menjauhi kecelakaan atau malah hanya bisa melihat kecelakaan saja tanpa bisa berbuat apapun.

Makanya, aku bersyukur banget bisa ikut pelatihan CPR + AED yang diselenggarakan oleh Phillips Indonesia dengan tema Semua Orang Bisa Bantu Selamatkan Nyawa pada tanggal 14 September 2017 yang lalu di Djakarta Theater, Jakarta. 

Pelatihan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dan Automated External Defibrilator (AED) merupakan bentuk kepedulian Phillips Royal dan Phillips Indonesia terhadap tingginya tingkat kematian akibat serangan jantung mendadak serta henti jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) yang dikenal sebagai “Silent Killer”.

Source : Prisma


Philips Indonesia mengundang banyak para ahli terhadap penyebab kematian mendadak (silent killer) seperti dokter spesialis jantung, dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC yang menjabat sebagai SEKJEN PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dr. Erizon Safari, MKK, Kepala Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Suryo Sugiwo, Presiden Direktur Philips Indonesia.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2014, bahwa ada 10.00 orang pertahun – atau 30 orang/hari yang mengalami henti jantung mendadak dan diperkirakan frekuensi SCA akan meningkat seiring dengan peningkatan penyakit jantung coroner (PJK) dan stroke, yang diperkirakan mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.

Sementara itu, data PERKI pada tahun 2016 menemukan bahwa angka kejadian henti jantung mendadak berkisar 300.000 – 350.000 insiden setiap tahunnya. Meskipun demikian, ada kecenderungan peningkatan peluang hidup ketika penderita henti jantung mendapat pertolongan pertama dengan CPR.

Dalam diskusi, dr. Jetty menyebutkan tentang masa emas – empat menit pertama setelah terjadinya henti jantung mendadak. Jika CPR dilakukan dalam kerangka waktu ini, korban akan mempunyai kemungkinan hidup lebih besar tanpa terjadinya kerusakan otak. Namun, setelah masa emas ini berlalu, kemungkinan hidup korban lebih kecil karena mengalami kerusakan otak.

Menurut dr. Jetty memastikan ketersediaan AED di ruang public dan melatih orang untuk menjadi first-responder (orang yang pertama kali menemukan korban dan menolong dengan melakukan CPR) adalah kunci untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, untuk itu masyarakat diharapkan bisa mempelajari CPR agar semua orang bisa menyelamatkan nyawa.

Oleh karena itu, sebagai perusahaan teknologi kesehatan, Phillips Indonesia memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan menyelenggarakan pelatihan CPR yang tidak hanya diikuti oleh karyawan Phillips namun juga Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo.


Source : Prisma


“saya juga ikut serta dalam sesi pelatihan tersebut. Di pelatihan ini kita diajarkan untuk melakukan teknik dasar CPR yang mereplikasi pernapasan vital dan fungsi detak jantung. Di Philips, kami ingin mendukung lebih banyak orang untuk mampu menjadi penyelamat. Kami berharap dengan berbagi pengalaman ini, para peserta bisa menginspirasi orang lain untuk menjadi first – responder” kata Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo.

Sebagai bagian dari pelatihan, para peserta juga dilatih untuk mencari dan menggunakan Automated External Defribrillators (AED), yang terlihat di beberapa area umum dan perkantoran. Dengan pengetahuan yang tepat, bahkan mereka yang tidak memiliki pengalaman atau latar belakang pendidikan di bidang kedokteran dapat meningkatkan kesempatan hidup korban henti jantung mendadak.

“Inisiatif ini juga telah di lakukan di negara lain, seperti Singapura, Korea dan sekarang di Indonesia. Ini hanya sebagian dari ambisi global kita ang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran seputar penanganan henti jantung mendadak. Orang – orang yang berada di lokasi terdekat dengan korban memiliki dampak yang besar pada kesempatan hidup korban – apakah korban dapat bertahan hidup atau tidak pada saat terserang SCA. Menegtahui bagaimana melakukan CPR dan menggunakan defribrillator dapat menyelamatkan nyawa.” Tutu Suryo Suwignjo.

Memahami serta Belajar tentang CPR dan AED

Setelah melalui sesi penjelasan mengapa pentingnya diadakan CPR dan AED, sesi berikutnya dilanjutkan dengan training CPR dan AED dari Medic One. Trainer dari Medic One, Vani Purbanyu, menjelaskan secara rinci tahapan apa saja yang perlu dilakukan ketika menemui kejadian tak terduga seperti henti jantung dan serangan jantung mendadak.

Awalnya, aku sempat berpikir kalau henti jantung dan serangan jantung itu sama. Ternyata menurut trainer dari Medic One, kedua hal ini berbeda. Henti jantung mendadak dikarenakan jantung kehilangan daya listriknya untuk memompa darah keseluruh tubuh. 


Source : Prisma


Penyebab utama henti jantung mendadak (sudden cardiact arrest) adalah kelainan ritme jantung, mudahnya sih, jika jantung biasanya berdetak 3 kali dalam 1 putaran, tapi karena jantung kehilangan daya listrik, jantung hanya mampu berdetak  1 kali atau bahkan tidak mampu berdetak dalam 1 putaran. Ciri – ciri dari penderita henti jantung mendadak yaitu, tidak ada respon tidak dapat bernapas dan kehilangan kesadaran.

Sedangkan serangan jantung mendadak terjadi karena aliran darah yang menuju sebagian sisi jantung terhambat karena berbagai sebab. Namun, serangan jantung mendadak juga dapat memicu gangguan aliran listrik pada jantung dan mengakibatkan seseorang terserang mendadak. Ciri – ciri dari penderita serangan jantung mendadak, sesak napas, nyeri dada, detak jantung cepat dan tidak beraturan namun masih memiliki kesadaran.

Oleh karena itu, menurut Vani Purbanyu, ketika menemui kejadian ini, hal yang pertama dilakukan adalah jangan panik. Karena ketika panik, kecerdasan otak akan menurun sebanyak 80% sehingga sulit untuk melakukan tindakan yang benar.

Kemudian, seorang first aider (penolong pertama) menurut Vani harus mengingat tahapan berikut ketika berada dalam kondisi gawat darurat, yaitu Danger, Response, Compression, Airway, dan Breathing disingkat DRCAB.

Danger

Memastikan bahwa keadaan disekitar korban tidak akan menimbulkan bahaya bagi sekitarnya termasuk first aider, dan kemudian menelpon nomor – nomor yang dapat menolong korban seperti nomor paramedic 119, 112 untuk keadaan darurat dan 110 untuk polisi jika terjadi tindak kejahatan termasuk dalam tindakan Danger.

Response

Cek respon atau kesadaran korban setelah first aider memastikan keadaan sekitar aman,

Berikut penilaian tingkat kesadaran korban
-         Alert : korban sadar dengan keberadaannya (respon tertinggi)
-         Verbal : korban masih merespon dengan panggilan suara
-         Pain : Korban baru bisa merespon dengan pemberian rasa sakit (respon terendah)
-         Unrespon : Tidak sadar dan tidak memberikan respon

Untuk mengecek respon terhadap orang dewasa dan bayi sedikit berbeda. Untuk orang dewasa dan anak - anak, bisa dengan menepuk bahu dan menanyakan kondisinya, sedangkan untuk bayi tepuk telapak kaki atau gosok punggung bayi.

Jika korban terjadi penurunan tingkat kesadaran atau tidak sadar segera minta bantuan (aktivasi EMS, kotak P3K dan AED) dan cek pernapasan korban dengan cara melihat pergerakan dada atau perut korban selama 5 – 10 detik. Jika tidak bernapas, segera lakukan CPR diawali dengan kompresi dada.

Comppresaion

Korban yang mengalami henti jantung harus segera diberikan CPR. CPR merupakan kombinasi tindakan kompresi dada dan bantuan napas. Ketika jantung tidak berdetak, kompresi dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen. Agar kompresi dada efektif korban harus dalam posisi terlentang pada permukaan yang rata dan keras.

Airways (Jalan Napas)

Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas dengan menggunakan metode Head Tilt – Chin Lift atau Jaw Thrust. Head Tilt – Chin Lift atau Jaw Thrust dilakukan jika korban dalam kondisi kegawatan penyakit medis atau korban tidak sadar dan tidak bernapas.

Breathing

Breathing yaitu memberikan 2 kali bantuan napas. Setiap tiupan dilakukan selama 1 detik dan terlihat dada terangkat. Setelah pemberian napas lanjutkan siklus 30 kali kompresi dada dan lakukan 2 kali bantuan napas selama 2 menit atau 5 siklus setiap 2 menit lakukan pengecekan napas kembali.

Oia, AED bisa digunakan untuk mendeteksi korban henti jantung mendadak atau serangan jantung mendadak. Jika korban terkena henti jantung mendadak, AED bisa digunakan untuk memperbaiki ritme jantung sambil tetap memberikan CPR. Sedangkan untuk serangan jantung mendadak, untuk pertolongan pertamanya cukup dengan CPR.

Jika paramedic sudah datang ke tempat kejadian, sebagai first aider harus melakukan hal – hal berikut

1.   Memberikan identitas diri
2.   Memberikan kronologi kejadian
3. Memberikan penjelasan pada paramedic tindakan apa saja yang telah dilakukan pada korban


Selain teori mengenai CPR dan AED yang diberikan oleh Trainer Medic One, aku dan peserta lainnya juga mengikuti simulasi ketika ada korban henti jantung mendadak. Aku pun seolah – seolah menolong korban, sesuai dengan tahapan yang diajarkan lengkap dengan penggunaan AED (untuk lebih lengkapnya nanti akan aku buat post yang lain tentang CPR).

Secara bergantian aku dan peserta lainnya melakukan simulasi serta mengikuti ujian tertulis, karena aku dan peserta yang hadir akan diberikan sertifikat sebagai first aider yang diakui secara nasional dan internasional, sehingga bisa melakukan tindakan jika ada korban.

Untuk teman - teman yang tertarik belajar menjadi first aider, teman - teman bisa banget untuk menghubungi Medic One Training Centre Jl. Benda Alam 1 no. 73 Cilandak Timur Jakarta 12560 Telp. (021) 72599111 (for first aid guidance)











2 komentar:

  1. Seruu tuh kalo ikutan simulasinya, ternyata ya semua orang bisa menolong sesama !

    Cuma ngebayanginnya kadang dengan teori iya, oke. Tapi pas prakteknya menghadapi langsung rasa khawatir pasti ada ya hahahaa, jangan2 kabuur aku ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya teh, kayaknya aku juga kalau ada kejadian aktual juga panik duluan. Kalau saran trainernya sih, harus sering - sering latihan agar terbiasa

      Hapus

Bagi teman - teman yang selesai membaca, terima kasih untuk komentarnya. Author, amat menghargai saran dan kritik setelah membaca blog ini. Salam ^^

Copyright © Hana No Yuri. Blog Design by SkyandStars.co